Tangani Korupsi Lebih DIni

Mahasiswa, adalah tempat dimana perubahan bermula. Tempat berawalnya baja semangat ditempa. Namun kadang mahasiswa lupa didalam itu semua terdapat sosok mengerikan yang suatu waktu akan menyengsarakan semuanya, tidak untuk mereka sendiri tapi juga bangsa negaranya. Korupsi, kegiatan mengais kemewahan dunia dengan cara hina ini sesungguhnya sudah disadari oleh semua kalangan bentuk dan gejalanya, hanya saja korupsi besar lah fokus mereka. Kebanyakan masyarakat termasuk mahasiswa tidak melihat dimana dan kapan benih korupsi itu mereka dengan sengaja tanaman.


Indonesia bisa dibilang tempat budidaya korupsi ada, jika kita mencari contoh kasus korupsi pastinya tidalah sulit. Itulah salah satu sisi kemudahan dalam belajar korupsi, banyak contohnya, banyak kasusnya. Tanpa didasari rasa kasihan terhadap bangsa yang kontras ini mereka para koruptor dengan santainya menambah potret hitam kepada bangsa kita.
            Di kampus sendiri benih korupsi yang berukuran kecil seringkali tertanam dalam hati mahasiswa. Mencontek adalah nama lain dari biji pohon korupsi. Benih yang dibiarkan begitu saja akan dengan mudah menyebar dan tumbuh subur, lagi-lagi peran pengajar(Dosen) sangat perlu dimainkan. Pasalnya banyak juga dosen yang menerapkan sistem mengajarnya dengan berdasar budaya yang sudah ada, seperti “mencontek” mungin? Kegiatan kecil yang seakan menjadi budaya. Dengan penuh sadar mayoritas kita beranggapan bahwa kita mutlak tidak boleh berkorupsi (secara besar), pengajarpun dengan semangat meneriakan anti korupsi dengan memberikan berbagai macam contoh korupsi yang tampak dimedia, dari korupsi besar satu ke korupsi besar lainya. Namun tidak melihat bahwa mencontek merupakan awal mula pendidikan “Ayo Korupsi” bermula, dengan mahasiswalah yang menjadi kader-kader muda untuk mengamini keberhasilan korupsi.
Dilihat dari variabel kebutuhan, mahasiswa membutuhkan apa saja untuk hidup dalam dunia perkuliahan, dan yang dibutuhkan untuk hidup setelah perkuliahan? Sebut saja nilai(ipk), penghargaan dari lingkungannya, dan tentunya gengsi. Dari tiga bentuk tersebut mahasiswa dalam hal ini yang tidak mampu secara akademik akhirnya menghalalkan segala cara. Mencontek dan atau plagiatpun disini mulai terasah, dan disetiap kesempatannya maka keahlian ini pun semakin menjadi-jadi, menjalar ke lingkungan teman-temannya. Hasil akhirnya pun bisa ditebak, nilai baik dan mendapat penghargaan baik dari teman, dosen dan orang tua. Kemudian yang selanjutnya adalah gengsi dari mahasiswa sendiri, melihat bagaimana temannya mencontek dan memperoleh nilai baik menimbulkan rasa malu karena tidak ikut mencontek, lagi-lagi legalisasi dari pengawas/pengajar inilah yang membuat pertumbuhan kuantitas para contekers semakin pesat. Dan lagi para contekers bangga akan yang didapatkannya.
Banyak ditemukan kasus, pengawas/dosen yang menganggap remeh mencontek, bahkan ada yang meng aminii hal tersebut.
 “...boleh mencontek tapi jangan brisik ya! Saya kasih waktu 10 menit...”
 “...santai saja dulu saya juga begitu kok...”
Begitulah pernyataan dari beberapa pengawas/pengajar yang pernah diucapkan.
Sesuatu yang bersifat instant pastilah sangat mengasikan, tidak butuh waktu lama hasrat mendapat yang terbaikpun dapat tercapai. Korupsi dan mencontek/plagiat pada dasarnya sama, hanya bungkusnya yang berbeda, dari kebutuhan dan kendala mahasiswa tersebut dapat ditarik benang merahnya yaitu bagai mana cara dosen mengawasi dan membimbing muridnya untuk berbuat sportif dalam ujian. KKN(Kolusi Korupsi dan Nepotisme) yang sudah menjadi warisan sepertinya sangat sulit untuk dihapuskan jikalau aparat yang terkait memang tidak serius menanganinya, dampaknya jelas, hancurnya nama institusi yang terkait, sampaidegradasi moral bangsa oleh KKN tersebut. Melalui pendidikan Anti-Korupsi(PAK) dalam bentuk sosialisasi, kampanye atau seminar merupakan bentuk yang sudah diterapkan di banyak kampus, namun lebih baik melakukan tindakan prefentif dengan mencegah timbulnya bibit-bibit korupsinya sepertihalnya kampanye ujian bersih dengan cara membuat media propaganda berupa baliho, spanduk dan poster maupun media Online, juga dengan memanfaatkan ormawa-ormawa yang turut menanamkan ujian bersih dan nilai kejujuran dalam proses kaderisasi dirasa menjadi bentuk pemberantasan KKN yang efektif dan efisien untuk lingkungan kampus.

Perlu tindakan serius dari institusi kampus maupun dari mahasiswanya sendiri, tanpa keseriusan maka keadilan hanya akan menjadi mimpi yang saat kita membua mata mimpi itu akan hilang. Kita semua harus percaya Bangsa yang besar ini bisa mewujudkan mimpinya, menjadi bangsa yang adil makmur dan sejahtera, Aamiin. 

Comments

  1. Pandangantku ttg korupsi menurutku gini, yang paling penting adalah menghidari setiap tindakan kita yang menjadi dasar dari korupsi itu sendiri. Kurupsi itu dasarnya kan iri, dengki, selalu tdk puas, krg bersyukur, dll .
    Korupsi itu hanya sebuah pintu yang terbuka krn seseorang melakukan dasar tindak korupsi itu tadi.
    Pas kebetulan saja atas izin Allah seseorang diuji dengan kesempatan untuk melakukan korupsi. Jadi mereka "keblusuk" jd koruptor. Namun msh banyak pintu2 keburukan lain selain korupsi yg bisa terbuka krn sifat2 itu..

    Jadi intinya jangan dulu menghujat koruptor hy krn mrk punya peluang melakukan korupsi kita tidak, namun disisi lain kita saja melakukan apa yg menjadi dasar korupsi kayk iri, dengki itu tadi :)

    ...nangkep ? hehe

    ReplyDelete
  2. @Ekky Fajar Gemilang
    tapi kan di tulisanku juga tidak ada kata menghujat koruptor kan?
    lha salah saru penanaman moral baik kan seperti yang saya tulisakan, kita membina dari kecil, pendidikan dari keluarga lingkungan. kalo mencontek saja dianggap biasa, besarnya mau jadi apa?
    *btw, kak eky kaya Tony Blank tuh :D justkiding

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbekal La Haula wa La Quwwata illa billah

Tutorial Blog student.telkomuniversity -Terbaru-

700 Days the Battle of Us vs the police OST