Narasi nostalgia masa depan

Embun pagi masa lalu sekelebat melintas di depan mata, klasik menarik.
Bersama baju longgar yang sudah tak berwana cerah, dan sarung yang melorot bukti sejak kecil kita anak - anak mu diajarkan untuk mencintai-Nya Tuhan semesta alam untuk pertama kalinya.
Tak lupa ingatan tentang suapan nasi dari tangan hangat yang memaksa masuk kedalam muluku ini.

Entah apa yang bisa anakmu ini perbuat untuk menebus dosa - dosa masa lalunya terhadap engkau, Bunda tercinta.
Hati ini terlampau malu saat kau bangga akan siapa aku saat ini, ya saat terlahir aku cukup yakin engkaupun pasti bangga terhadapku.
Seperti tanpa ada dendam dihatimu, seperti tanpa ada rasa menyesal dimatamu.

Entah, entah apakah anakmu ini akan bisa mencintai anak - anakku kelak.
Tulus, ikhlas, indah rasanya namun maaf aku terlambar sadar.
Anakmu terlalu terpesona dengan kasih sayang monyet sesaat, dan kau bilang itu lumrah?
Engkau hanya membuatku merasa malu, dan
Engkau semakin memantabkan Aku untuk belajar tulus dan ikhlas.
belajar untuk membangun suatu hal yang sama denganmu.
Kehangatan ini, tak pernah berakhir dalam lupa.

Comments

Popular posts from this blog

Berbekal La Haula wa La Quwwata illa billah

Tutorial Blog student.telkomuniversity -Terbaru-

700 Days the Battle of Us vs the police OST