Kode Etik Ikhwan Akhwat?


Agak lucu ketika saya menulis judul ini. Dimana ketika menulis "kode etik ikhwan dan akhwat" mungkin diluar sana akan ada yang mempresepsikan hanya untuk "ikhwan" dan "akhwat" (aktifis dakwah atau semacamnya). Namun tidak, belakangan ini saya tidak suka membedakan mereka yang ada di lingkaran maupun mereka yang diluar lingkaran, sama saja. Terlalu diskriminatif, pada mereka yang punya hak sama.
Ok, kita masuk ke pembahasan. Banyak diantara kita terutama saya menitik beratikan kepada para aktivis dakwah (aktiv di karang taruna juga seorang "aktivis") banyak saya jumpai kasus pacaran, Hubungan tanpa status, atau bahkan semisal adanya komunikasi yang tidak ada "poin"nya. Sudah khatam bagi kita yang telah melalui umur berkepala dua untuk paham mana itu hasrat cinta mana itu tuntutan komunikasi. Cuma apakah pikiran dan hati kita sudah berumur dewasa untuk menanggapi hal tersebut sedangkan yang terserang dengan bisikan lembut adalah hati kita?

Fikri Nurul (2012) dalam blognya pernah berpendapat, "adalah suatu pernyataan relatif. Artinya tidak semua orang berpendapat sama tentang keindahan sesuatu hal. Ada poin-poin pribadi yang melatari sebuah kecintaan. Hal yang tidak menjadi persengketaan adalah masing-masing diri memiliki kecenderungan hati untuk senantiasa mencintai keindahan",

Ditegaskan juga bahwa begitulah, memang adanya. Berawal dari niatan yang ikhlas, dakwah, menyelesaikan masalah umat, tetapi saat jiwa lengah, tiba-tiba berubah haluan menjadi pemuja berhala bernama cinta. Bermula dari pertemuan yang “terpaksa” karena tujuan mulia hingga menjadi terbiasa, dan puncaknya ketika tak berjumpa, hati merana, merasakan kehilangan, sendiripun menjadi hal yang tak biasa.

Saya kira kali ini memang terlalu memojokan aktivis dakwah, lalu bagaimana jika sepasang aktivis dakwah lebih memilih keluar lingkaran dan memilih jalannya sendiri? Itulah yang salah, oleh sebab itu jangan kita bedakan "ETIKA" ini kedalam lingkaran aktivis dakwah saja.

Interaksi antara laki-laki dan perempuan bukanlah hal yang tabu dikalangan pendahulu kita. Bahkan hijab atau kain penutup jika ada rapat para aktivis dakwah dirasa belum perlu, karna etika yang dimasanya mereka tegukkan kokoh yang telah (mungkin) kita hafal di luar kepala, kini cair hingga tak terbekas dalam amalan nyata. Banyak ayat dalam alquran dan hadist yang mengatur bagaimana seharusnya etika kita, Secara singkat ada beberapa yang menjadi poin penting yaitu,
  1. Menutup aurot
  2. Menjaga pandangan
  3. Tidak mendayu-dayukan suara
  4. Pelanggaran jam malam
  5. Keseriusan agenda interaksi
  6. Menghindari jabat tangan dalam situasi umum
  7. Memisahkan laki-laki dan perempuan serta tidak berdesak-desakan
  8. Menghindari Khalwat (berdua-duaan antara seorang perempuan dan seorang laki-laki di tempat yang sepi)
  9. Meminta izin suami jika menemui perempuan yang suaminya sedang berpergian ( bagi yang sudah berkeluarga)
  10. Menjauhi perbuatan dosa

Adalah poin nomer 2 dan 3 yang saya pernah lalui sekaligus gagal melalui. Dimana cinta yang adalah fitrah, normal, dan wajar Saya persepsikan salah menjadi poin-poin interaksi yang tidak penting dan tidak diperlukan. Dimana kedekatan demi kedekatan demi kedekatan memaksa Saya berkata "Saya Suka Sama Kamu" adalah hal wajar. Seperti pepatah jawa "WITING TRESNO JALARAN KULINO", kulino (biasa.red) berkomunikasi tidak penting.
kira-kira dalam Fikri Nurul menggambarkan demikian,

“Gimana kabarnya akhiiii…sudah sembuh belum? Jangan lupa minum obat ya…” SMS dari seorang akhwat ke ikhwan mitra rohisnya.

“Kalu begitchu ..ngga usah ditunda lagi ya, otre deh..” SMS akhwat di inbox hpnya ikwan.

“Duh gimana ya…, ane bingung nih, banyak masalah begini… dan begitu,akh..” curhat seorang akhwat kepada ikhwan.

“Syukron ya akhi udah dimiscall buat tahajud”.GLEK        !

ok fine dulu saya pernah begutu, ya itu dulu masa SMA? "Sekarang? Saya rasa tidak, toh tidak ada yang secantik orang yang pernah Saya sakiti" kalimat BAPER barusan ini yang di SHERE kedalam grup campur (ce'&co') juga sebenernya TIDAK ADA POINnya.

Ndah, selanjutnya saya ingin bahas bagaimana kita sebagai cowok sebagai ikhwan, dan sebagai akhwat sebagai cewek itu berinteraksi didalam grup yang campur? Banyak makluk BAPER yang sekarang mendiami grup-grup kita, bahas nikah, atau guyonan nikah atau sekedar joke tentang cinta atau hal tidak penting lainnya. Hal ini kadang membuat grup menjadi ramai? namun pernahkah hal ini menjadi sedikit agak tabu ketika ada di grup para aktivis dakwah yang campur. Ya ini sampai saat ini Saya memang sedikit sekali temui namun masih ada dikarenakan pengawasan dan tata aturan yang kurang jelas. come on boy ini bukan dunia kita sendiri, mari kita hargai jenis yang lain.
Lagi
Melihat semakin banyaknya media yang mudah sekali mendekatkan kita terhadap hal-hal yang menjauhkan kita dari padaNya. Mungkin terlihat remeh hanya sekedar interaksi ikhwan akhwat! Namun, hal-hal remeh inilah yang akan menjadi bukit ‘keremehan’. Layaknya kebaikan. Kebaikan yang istiqomah akan menjadi bukit amal yang besar buat kita.  Apalagi  dosa kecil terlihat tidak sengaja namun bisa menjadi bukit amal keburukan kelak. Naudzubillah. Maka disinilah kita saling mengingatkan agar menjadi manusia yang beruntung Insya Alloh. Dengan pemahaman yang kita punya maka tidak perlu aturan kode etik ikhwan akhwat dibuat (gak penting.red), karena itu telah hadir dalam bentuk kesadaran. Maka tanpa ada aturan pun kita akan melakukannya.

Comments

Popular posts from this blog

Berbekal La Haula wa La Quwwata illa billah

Tutorial Blog student.telkomuniversity -Terbaru-

700 Days the Battle of Us vs the police OST