Persiapan Ramadhan di berbagai Negara
Assalam'alaikum sadayana... :)
udah menjelang Ramadhan nih, sahabat semua udadh siap bertempur belum? hehe
Biasanya saat menjelang Ramadhan datang umat Islam di Indonesia sibuk dengan melaksanakan "tradisi"nya masing masing, tiap daerahpun berbeda cara melakukannya namun pada intinya hampir sama, banyak tradisi ziarah makam kiai atau saudara yang sudah meninggal, atau mandi di tempat tertentu dengan tujuan mensucian diri, sampai tradisi memukul bedug sebagai tanda Ramdhan telah tiba. Tak terkecuali di belahan Negara lain, uman Muslim di berbagai belahan dunia punya cara sendiri dalam rangka penyambutan bulan nan suci itu.
langsung saja kita sambut negara-negara dengan macam persiapannya.
- Jepang
- Mautitania
- Austria
- Swedia
- Amerika Sekrikat
Umat Muslim Jepang biasanya akan saling berbagi kebahagiaan dengan saudaranya sesama Muslim. Islamic Contohnya saja Centre Jepang yang telah membentuk semacam panitia Ramadhan yang bertugas menyusun berbagai macam kegiatan selama bulan Ramdhan, mulai dari dialog keagamaan, majelis taklim, shalat tarawih berjamaah, penerbitan buku-buku keislaman dan segala hal yang terkait dengan pelaksanaan ibadah bulan Ramdhan. Panitia juga menerbitkan jadwal puasa Ramadhan dan mendistribusikannya ke rumah-rumah keluarga Muslim maupun ke Masjid-Masjid. Tak lupa jadwal puasa Ramadhan ini juga dibagikan ke restoran-restoran halal di seluruuuuh Jepang. Panitia ini mulai bekerja ketika telah muncul hilal dan berakhir pada saat Idul Fitri. Jika tidak nampak hilal tanda awal puasa dimulai, maka panitia mengikuti ketetapan hilal Malaysia, negara Muslim terdekat.
Mungkin kebanyakan dari kita belum tau apa itu Mauritania, ayo saya kasih tau dikit hehe. Pada awal Ramadhan, Muslim Mauritania terutama yang muda, bergegas menuju masjid untuk melaksanakan shalat tarawih. Usai shalat, biasanya kaum muslimin mendengarkan khutbah dan ceramah dari ustadz dan imam-imam. Setelah shalat tarawih, mereka saling berkunjung satu sama lain dan meminum teh hijau, minuman khas di Mauritania.
Sepanjang malam Ramadhan, televisi maupun radio lokal juga menyiarkan langsung shalat tarawih dari Makkah dan Madinah. Di Mauritania, tidaklah mengherankan melihat golongan kaya, terutama yang pelit, menunjukkan simpati kepada golongan miskin selama Ramadan. Solidaritas dan uhkhuwah islamiyah biasanya muncul dan tersebar di seantero negeri selama bulan suci.
Terdapat sekitar 400,000 Muslim di Austria atau sekitar 4% dari 8 juta total penduduk negara itu. Agama Islam secara resmi diakui di Austria sejak 1912 dan menjadi agama kedua terbesar setelah Katolik. Sebagaimana tradisi di negeri Islam lainnya, Muslim di Austria menyambut kehadiran bulan Ramadan dengan penuh suka cita. Mereka menjalankan ibadah shalat tarawih di sekitar lima puluh masjid di Wina dan kota-kota Austria lainnya. Umat Islam Austria juga kerap datang ke masjid secara teratur untuk mendengarkan kajian agama tentang hukum Islam, tafsir al-Qur’an dan ilmu pengetahuan lain.
Di Wina juga terdapat sebuah Islamic Center yang didirikan dan dibiayai oleh negara-negara Muslim. Islamic Center ini merupakan pusat informasi dan dakwah Islam. Kuliah-kuliah keagamaan maupun khutbah kerap diberikan oleh kelompok sarjana Muslim terkemuka dari Al-Azhar, Mesir dan tempat-tempat lain. Shalawat tarawih di Islamic Center diadakan secara teratur. Lebih dari itu, Islamic Center ini juga menyediakan hidangan sahur dan buka puasa sepanjang bulan Ramadhan. Menjelang bulan suci Ramadhan, Muslim di Austria biasanya menggelar kampanye pengumpulan paket lebaran untuk keluarga miskin dan hadiah lebaran untuk anak-anak yatim piatu di Palestina. Kampanye ini dikordinir oleh organisasi kemanusiaan Palestina yang ada di Austria. Kampanye yang diberi nama Feeding Fasting Palestinians ini mendapat sambutan positif dari Muslim Austria. Mereka berlomba-lomba menginfakkan hartanya. Untuk menyebarluaskan kampanye bantuan bagi warga Palestina ini, warga Muslim Austria menggunakan berbagai cara, seperti penyebaran poster, pemasangan iklan dan jasa pos. Semua bantuan dikirimkan melalui lembaga-lembaga sosial yang beroperasi di wilayah Palestina.Untuk menentukan jatuhnya awal bulan Ramadhan, Muslim Austria sepakat mengikuti Arab Saudi. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, warga Muslim yang berasal dari berbagai etnis, seperti Mesir, Suriah dan Turki tersebut, berbeda-beda dalam menentukan jatuhnya awal bulan Ramadhan, disesuaikan dengan negara asalnya masing-masing.
Masalah utama yang dihadapi kaum Muslimin Swedia dalam menyambut Ramadhan adalah masalah hilal. Umat Islam Swedia berbeda pendapat dalam menentukan jatuhnya awal Ramadhan karena keterbatasan lembaga agama Islam yang menjadi rujukan. Memang terdapat Islamic Center di Swedia, namun tidak dapat menjangkau seluruh umat Islam yang tersebar di berbagai wilayah. Lagi pula, media-media di Swedia tidak memberikan bantuan menyebarluaskan tentang kedatangan bulan Ramadhan. Walau demikian, kaum Muslimin di Swedia kebanyakan mengikuti Arab Saudi dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Ada suatu perbedaan besar antara cara merayakan Ramadhan di negara-negara Skandinavia dan negara-negara Eropa yang lainnya terkait dengan jumlah umat Islam. Walau mereka menjadi minoritas di Swedia, namun Ramadhan membentuk suasana spiritual berbeda yang dinanti-nanti kehadirannya dari tahun ke tahun. Begitu mengetahui munculnya hilal, umat Islam Swedia akan saling memberi selamat satu dengan lainnya. Mereka melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid-masjid terdekat atau tempat-tempat lain yang disewakan sebagai tempat ibadah, jika di sana tidak terdapat masjid.
Sekedar tau saja, di sejumlah negara di bagian Bumi utara, seperti Swedia, Denmark, dan juga Firlandia, rata-rata umat muslim harus berpuasa lebih dari 20 jam disana. Perkiraan di bulan juni 2015 bertepatan dengan Ramadhan,Swedia dan Islandia tidak akan mendapatkan gelap, ini berarti terang bisa terjadi selama 24 jam
Berbeda cerita dengan Swedia pada Ramadhan kali ini muslim AS akan melakukan puasa selama berjam-jam di bawah terik matahari musim panas. “Ini adalah salah satu cara yang paling efektif untuk belajar mengendalikan diri,” kata Anwar Arafat, imam Masjid Al-Noor dekat pusat kota Salt Lake City, Utah seperti dilansir OnIslam yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA), Sabtu (6/7).
Dalam wawancara VOA jonie Taboh, warga Muslim Amerika berkumpul di rumah, masjid dan Islamic Center di seluruh negeri untuk melaksanakan ibadah Ramadhan.Di Masjid Dar Al-Hijrah di luar Washington DC, warga Muslim Amerika dari berbagai latar belakang berkumpul pada bulan suci Ramadhan.
Imam Johari, salah seorang direktur masjid itu, mengatakan Ramadhan adalah waktu bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan mereka terhadap Allah SWT. "Jadi dasar Ramadhan adalah untuk mendekatkan diri kita dengan Allah dengan berpuasa dan menahan nafsu dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari," kata Johari.
Bagi Carla Claure, Ramadhan adalah waktunya untuk melakukan refleksi yang lebih mendalam. Ia mengatakan, "Tentunya saya mempraktikkan ajaran agama sepanjang tahun tetapi selama Ramadhan saya menjadi lebih tekun. Saya berupaya lebih banyak berdoa. Itu membuat saya lebih dekat dengan Tuhan."
Junaid Khan yakin bulan suci ini bisa mengubah hidup. "Ada yang mengatakan hanya perlu waktu satu bulan untuk mengubah hidup seseorang, jadi bulan suci Ramadan dapat mempengaruhi karakter seseorang, dan cara hidup mereka, untuk menjadi orang yang lebih baik," kata Junaidi.
Sementara, Adam Dirbigi mengatakan bahwa ia telah berpuasa selama bulan Ramadhan sejak usia enam tahun. "Saya berpuasa karena banyak orang di Afrika, seperti orang miskin yang tidak punya apapun untuk dimakan, saya jadi bisa merasakan apa yang mereka rasakan," ujarnya.
Mungkin cukup sekian dari saya, wassalamualaikum wr. wb.
Thanks To :
dokumenpemudatqn.com
dokumenpemudatqn.com
Comments
Post a Comment